Al-Ghazali berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan  membawa fitrah yang seimbang dan sehat. Kedua orangtuanyalah yang  memberikan agama kepada mereka. Demikian pula anak dapat terpengaruh  oleh sifat-sifat yang buruk dari lingkungan yang dihidupinya dan corak  hidup yang memberikan peranan kepadanya dan dari kebiasaan-kebiasaan  yang dilakukannya. Ketika dilahirkan, keadaan tubuh anak belum sempurna.  Kekurangan ini diatasinya dengan latihan & pendidikan yang  ditunjang dengan makanan. Demikian pula halnya dengan tabiat yang  difitrahkan kepada anak yang merupakan kebajikan yang diberikan  al-khalik kepadanya. Tabiat ini dalam keadaan berkekurangan (dalam  keadaan belum berkembang dengan sempurna) dan dapat disempurnakan serta  diperindah dengan pendidikan yang baik, yang oleh al-Ghazali dipandang  sebagai salah satu proses yang penting & tidak mudah. Al-Ghazali  mengatakan bahwa penyembuhan badan memerlukan seorang dokter yang tahu  tentang tabiat badan serta macam-macam penyakitnya dan tentang cara-cara  penyembuhannya. Demikian pula halnya dengan penyembuhan jiwa &  pendidikan akhlak. keduanya membutuhkan pendidik yang tahu tentang  tabiat dan kekurangan jiwa manusia serta tentang cara memperbaiki dan  mendidiknya. Kebodohan dokter akan merusak kesehatan orang sakit.
Begitu pun kebodohan guru & pendidik akan merusak akhlak muridnya. Sesungguhnya setiap penyakit memiliki obat dan cara penyembuhannya, al-Ghazali berkata : “...Demikianlah guru yang diikuti yang mengobati jiwa murid-muridnya dan hati orang-orang yang diberi petunjuk, hendaknya tidak membebani mereka dengan berbagai latihan & tugas dalam bidang khusus dengan beban metode yang khusus pula sebelum ia mengetahui akhlak serta penyakit mereka. Apabila dokter mengobati seluruh pasien dengan obat yang sama, maka ia akan membunuh banyak manusia. demikian pula halnya dengan guru apabila ia mengarahkan seluruh murid kepada satu macam pola yang sama, niscaya ia akan menghancurkan mereka dengan mematikan hati mereka. Oleh karena itu, hendaknya guru memperhatikan penyakit, keadaan, usia dan tabiat serta motivasi peserta didiknya. Atas dasar itulah hendaknya ia memprogram pendidikannya”
Al-Ghazali tidak menganjurkan penggunaan satu metode saja dalam menghadapi permasalahan akhlak serta pelaksanaan pendidikan anak. Dia menganjurkan agar guru memilih metode pendidikan sesuai dengan usia dan tabiat anak, daya tangkap dan daya tolaknya (daya persepsi dan daya rejeksinya) sejalan dengan situasi kepribadiannya. Dengan ini, sekali-kali al-Ghazali memperhatikan masalah perbedaan individual didalam melaksanakan pendidikan.
 
Dalam upaya mengembangkan akhlakul karimah (akhlak mulia) anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Menjauhkan anak dari pergaulan yang buruk
2. Membiasakannya untuk bersopan santun
3. Memberikan pujian kepada anak yang melakukan amal shaleh, misalnya berbuat sopan dan mencela anak yang melakukan kezaliman/kelaliman
4. Membiasakannya mengenakan pakaian yang bersih dan rapih
5. Menganjurkan mereka untuk berolah raga
6. Menginzinkannya bermain setelah belajar
7. Dll
Begitu pun kebodohan guru & pendidik akan merusak akhlak muridnya. Sesungguhnya setiap penyakit memiliki obat dan cara penyembuhannya, al-Ghazali berkata : “...Demikianlah guru yang diikuti yang mengobati jiwa murid-muridnya dan hati orang-orang yang diberi petunjuk, hendaknya tidak membebani mereka dengan berbagai latihan & tugas dalam bidang khusus dengan beban metode yang khusus pula sebelum ia mengetahui akhlak serta penyakit mereka. Apabila dokter mengobati seluruh pasien dengan obat yang sama, maka ia akan membunuh banyak manusia. demikian pula halnya dengan guru apabila ia mengarahkan seluruh murid kepada satu macam pola yang sama, niscaya ia akan menghancurkan mereka dengan mematikan hati mereka. Oleh karena itu, hendaknya guru memperhatikan penyakit, keadaan, usia dan tabiat serta motivasi peserta didiknya. Atas dasar itulah hendaknya ia memprogram pendidikannya”
Al-Ghazali tidak menganjurkan penggunaan satu metode saja dalam menghadapi permasalahan akhlak serta pelaksanaan pendidikan anak. Dia menganjurkan agar guru memilih metode pendidikan sesuai dengan usia dan tabiat anak, daya tangkap dan daya tolaknya (daya persepsi dan daya rejeksinya) sejalan dengan situasi kepribadiannya. Dengan ini, sekali-kali al-Ghazali memperhatikan masalah perbedaan individual didalam melaksanakan pendidikan.
Dalam upaya mengembangkan akhlakul karimah (akhlak mulia) anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Menjauhkan anak dari pergaulan yang buruk
2. Membiasakannya untuk bersopan santun
3. Memberikan pujian kepada anak yang melakukan amal shaleh, misalnya berbuat sopan dan mencela anak yang melakukan kezaliman/kelaliman
4. Membiasakannya mengenakan pakaian yang bersih dan rapih
5. Menganjurkan mereka untuk berolah raga
6. Menginzinkannya bermain setelah belajar
7. Dll
Please do not copy content from this page, this content is protected by:
 

EmoticonEmoticon